“ MAKALAH SURAT ANNAS ”
Disusun Oleh:
Nama
: Susi Lestari
NIM
: 2115r1091
Jurusan
: Teknik Informatika
Prodi
: Agama
Dosen Pengampu:
Septia
Lutfi
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER
HIMSYA
قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (١)
مَلِكِ
النَّاسِ (٢)
مِنْ
شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (٤)
إِلَهِ
النَّاسِ (٣)
الَّذِي
يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (٥)
مِنَ الجِنَّةِ وَالنَّاسِ
1. Katakanlah, “Aku berlidung kepada
Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa
bersembunyi,
5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
dari (golongan) jin dan manusia.
6. Dari (golongan) jin dan manusia.”
Surat
ini turun bersamaan dengan surat Al Falaq, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam terkena sihir yang dilakukan oleh
Labid bin al-A’shom seorang Yahudi yang meletakkan rontokan rambut Rasulullah
yang berjumlah 11 helai di bawah sebuah batu yang berada di bawah sumur yang
berair. Oleh karenanya, jumlah ayat dari dua surat An Nas dan Al Falaq adalah
11 ayat ; surat an-Nas berjumlah 6 ayat sedang surat al-Falaq berjumlah 5
ayat.
Dalam
surat ini, Allah memerintahkan nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wassalam untuk
berlindung kepada Allah dari was-was syaitan. Perintah kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam berarti juga perintah kepada umatnya.
Di dalam kehidupan sehari-hari, jika kita ingin berlindung dari bahaya
apapun juga, kita akan berlindung kepada sesuatu yang kuat. Umpamanya kita
ingin menghindari dari bahaya banjir, maka kita akan berlindung di suatu tempat
yang tinggi dan kuat yang bisa menahan arus banjir. Atau kita ingin terhindar
dari sambaran petir, maka kita akan mencari rumah yang dilengkapi dengan
perlengkapan penangkal petir, begitu seterusnya.
Kaitannya
dengan surat An-Nas ini adalah kita diperintahkan berlindung dari bahaya godaan
syetan, yang selalu membisikan ke dalam dada manusia. Syetan adalah musuh yang
sangat berbahaya, kita tidak bisa melihat mereka, tetapi mereka melihat kita.
Oleh karena itu kita memerlukan perlindungan dari serangan-serangan
syetan yang datang bertubi-tubi, tiada henti-hentinya tersebut. Maka
Allah menjelaskan bahwa tidak ada tempat berlindung dari itu semua kecuali
Allah. Pertanyaannya adalah kenapa harus kepada Allah, seberapa kekuatan yang
dimiliki-Nya sehingga kita harus berlindung kepada-Nya ? Maka Allah menjelaskan
itu semua pada ayat-ayat di bawah ini :
Pertama
:
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Robb manusia. “
Maksud Allah sebagai Rabb manusia adalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta, pemilik, pengatur, penguasa dan pemberi rezeki seluruh umat manusia. Bahkan Allah juga Rabb (pencipta, pemilik, pengatur, penguasa, pemberi rezeki) seluruh Alam semesta ini beserta isinya, termasuk di dalamnya para syetan yang selalu menggoda manusia. Artinya sangat wajar dan memang seharus begitu, kita berlindung dari kejahatan syetan kepada Rabb (Dzat Yang Menciptakan Syetan itu sendiri), sehingga dipastikan bisa menanganinya, dan dipastikan kita akan selamat.
Mengakui
Allah sebagai Rabb (Pencipta, Pemilik, Perawat, Pemberi Rezeki, Yang Menurunkan
hujan, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Memberi Sakit, Yang
Menyembuhkan), adalah bentuk dari Tauhid
Rububiyah. Orang yang menyakini bahwa selain Allah, seperti
Jin, para wali-wali Allah yang sudah meninggal dalam kuburan-kuburan mereka,
para dukun, bahwa mereka bisa memberikan manfaat dan mudharat, bisa mengabulkan
permohonan berupa harta, jodoh atau anak, maka dia telah mensyirikan Allah
dalam Rububiyah-NYa.
Orang-orang
musyrik kadang mentauhidkan Allah dalam Rububiyah-Nya, sebagaimana di dalam
firman Allah :
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“
Dialah Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di
lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera
itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan
mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang
dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung
(bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan
kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya
jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk
orang-orang yang bersyukur".( Qs Yunus (10) :
22-23 )
Begitu
juga Iblis kadang mengakui Allah sebagai pencipta, sebagaimana di dalam
firman Allah :
قَالَ ياإِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلاَّ تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ قَالَ لَمْ أَكُن لاِسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِى إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ
“
Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud)
bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali
tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau
telah menciptakannya dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".
Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk,
dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".
Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau
begitu) maka beri tangguhlah
( hidupkan aku ) kepadaku sampai hari (manusia)
dibangkitkan".Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang diberi tangguh. “ (
Qs al-Hijr (15) : 32-37 )
Oleh
karenanya, belum tentu orang yang mentauhidkan Rububiyah, pasti dia telah
mentauhid Uluhiyah. Belum tentu orang yang mengakui bahwa sang pencipta adalah
Allah, pasti dia hanya menyembah Allah saja.
Di
dalam banyak firman-Nya, Allah swt mengajak orang-orang musyrik yang telah
mengakui Tauhid Rububiyah agar mereka meningkatkan hal itu untuk mengakui
Tauhid Uluhiyah, salah satunya di dalam firman Allah :
قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ
(59) أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ
(60) أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
(61) أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
(62) أَمَّنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
(63) أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
(64)
Katakanlah:
"Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang
dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka
persekutukan dengan Dia?"
Atau
siapakah yang telah menciptakan
langit dan bumi dan
yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?
Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Atau
siapakah yang telah menjadikan
bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai
di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan) nya
dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan
(yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.
Atau
siapakah yang memperkenankan
(doa) orang yang dalam kesulitan apabila
ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan
(yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).
Atau
siapakah yang memimpin
kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan
siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum
(kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha
Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).
Atau
siapakah yang menciptakan
(manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi),
dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah
di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti
kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".( Qs
An Naml : 59- 64 )
Kedua
:
مَلِكِ النَّاسِ
“
(Allah adalah) Raja Manusia “
Allah
sebagai raja manusia yang sebenarnya, penguasa manusia yang sebenarnya. Dia-lah
raja manusia di dunia dan akherat. Adapun manusia yang menjadi raja di
dunia ini, bukanlah raja yang sebenarnya. Mereka sebenarnya tidaklah memiliki
apa-apa, kecuali dengan izin Raja Manusia yaitu Allah.
Ayat
ini ditujukan kepada dua kelompok manusia :
Kelompok
Pertama : Kepada
rakyat dan masyarakat umum.
Sebagian
masyarakat terlalu mengagungkan pemimpin dan raja mereka, sehingga memberikan
hak kepada mereka yang sebenarnya hanya milik Allah saja.
Ayat
ini mengingatkan kepada mereka semuanya bahwa satu-satunya Raja yang berhak
disembah adalah Allah subhanahu wa
ta’ala, tidak yang lainnya.
Orang-orang
Nasrani telah menyembah para pendeta dan tokoh-tokoh agama mereka dengan cara
mentaati mereka secara membabi buta, walaupun mereka menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Allah ataupun mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, merekapun
tetap mentaatinya. Inilah bentuk penyembahan mereka terhadap para pendeta
tersebut. Allah berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“ Mereka menjadikan orang-orang
alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka
mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha
Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan “( Qs at Taubah ( 9 ) : 31)
Salah
seorang sahabat yang bernama Adi bin Hatim ketika mendengar ayat ini, beliau
berkata kepada Rasulullah : “ Wahai Rasulullah, sebenarnya mereka tidak
menyembah para pendeta tersebut. “ Maka Rasulullah bersabda : “ Bukankah para pendeta itu mengharamkan sesuatu
yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya ?
Itulah bentuk peribadatan mereka kepada para pendeta tersebut.”
Oleh
karenanya, seorang muslim tidak boleh mentaati seorang pemimpin yang
memerintahkan kepada sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, karena
sesungguhnya sebenar-benar raja dan pemimpin adalah Allah.
Kelompok
Kedua :
ayat ini ditujukan kepada para raja, dan para penguasa.
Ayat
ini menjelaskan bahwa sebenarnya manusia itu bukanlah penguasa, tetapi mereka
hanyalah pemegang amanat kekuasaan yang diberikan Allah kepada mereka. Bukankah
Allah yang mengangkat seorang raja dan melengserkannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
“
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (
Qs Ali Imran : 26 )
Oleh
karena itu, seseorang tidak boleh menyebut dirinya raja diraja, atau Syahinsyah ( untuk orang Persia ), Syah Jihan ( untuk orang India ) karena raja
diraja adalah Allah subhanahu wa
ta’ala. Dalam suatu hadist Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah saw bersabda :
إنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللهِ
- عز وجل
- رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الأَمْلاَكِ
“ Sesungguhnya
serendah-rendah nama di sisi Allah adalah orang yang menamakan dirinya raja
diraja “ ( HR Bukhari
dan Muslim)
Ketiga
:
إِلَهِ النَّاسِ
(
Allah adalah) Sesembahan Manusia
“
Ilah “ artinya sesembahan. Kalimat :“ La Ilaha
illallah “
artinya tiada yang berhak disembah kecuali Allah. Para ulama menyebut kalimat
ini sebagai kalimat tauhid “ Tauhid Uluhiyah. “. Apa itu Tauhid
Uluhiyah ?
Tauhid
Uluhiyah adalah
mentauhidkan Allah di dalam ibadah, yaitu seseorang tidaklah boleh beribadah
kecuali kepada Allah, tidaklah bertawakkal kecuali kepada Allah, tidaklah
meminta kecuali kepada Allah, tidaklah mengharap kecuali kepada Allah, tidaklah
takut kecuali kepada Allah.
Tauhid
Uluhiyah ini adalah tauhid yang dibawa para nabi sejak nabi Nuh hingga nabi
Muhammad. Karena tauhid inilah, maka diciptakan syurga dan
neraka, ditiupkan terompet peperangan antara pembela tauhid ini dengan
para musuhnya. Karena tauhid inilah, maka manusia dan jin diciptakan. Karena
tauhid inilah para nabi diusir dari kampung halaman mereka. Tuhid Uluhiyah ini
merupakan inti dakwah para Rasul, inti dari agama Islam, inti dari kandungan Al
Qur’an dan inti dari surat Al Fatihah.
Di
dalam surat an-Nas ini ada tiga macam tauhid : Tauhid Rubiyah, Tauhid Mulkiyah, Tauhid Uluhiyah.
Perbedaan
mendasar antara Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah bahwa Tauhid
Rububiyah adalah mentauhidkan Allah di dalam perbuatan-Nya ( Allah sebagai subyek ), sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah
mentauhidkan Allah di dalam ibadah. ( Allah sebagai
obyek ).Tauhid Rububiyah hampir semua makhluq mengakuinya, termasuk
iblis. Sedangkan Tauhid Uluhiyah hanya orang muslim saja yang
mengakuinya.
Keempat
:
مِنْ شَرِّ الوَسْوَاسِ الخَنَّاسِ
“ Dari
Kejahatan (Bisikan) Syaitan Yang Biasa Bersembunyi “
Di
dalam ayat tersebut, Allah subhanahu wa
ta’ala menjelaskan
bahwa sifat syetan adalah suka bersembunyi dan lari terbirit - birit, khususnya
jika mendengar adzan dan mendengar nama Allah disebut. Ini sesuai dengan
hadits Abu Hurairah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan
lari sambil mengeluarkan kentut hingga
ia tidak mendengar suara adzan. Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan
akan kembali. Dan bila iqamat dikumandangkan setan
kembali berlari dan
jika iqamat telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap
masuk kepada hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini dan itu'. Dan terus
saja dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat
yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya."( HR Bukhari
dan Muslim )
Syetan
itu duduk di hati manusia, jika dia lengah, segera dia membisikan ke dalamnya,
jika manusia itu mengingat Allah, dia akan lari.
Di
dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa syetan itu akan membisikan ke
dalam hati manusia di saat ia sedih sekali dan di saat ia gembira sekali, namun
jika dia mengingat Allah, maka syetan itu akan bersembunyi.
Telah
terbukti, bahwa orang yang sedang dirundung kesedihan yang amat sangat dan
kesenangan yang amat sangat tanpa disertai dengan menyebut nama Allah,
maka syetan akan merasukinya, dan begitulah sering terjadi kesurupan, yang
kadang menimpa juga kepada orang-orang Islam yang lengah mengingat Allah.
Di
salah satu pesantren yang terletak di daerah Jawa Barat, sering terjadi
kesurupan massal yang menimpa beberapa santriwatinya. Setelah diselidiki,
ternyata jiwa para santriwati yang kesurupan tersebut sangat labil dan kosong.
Salah seorang santriwati kedapatan sangat sedih sekali kehilangan teman
akrabnya yang sedang pulang karena sakit. Nah, kesedihan yang berlarut, tanpa
diiringi dengan dzikir kepada Allah, akan menjadi korban bisikan syetan dan
berlanjut kepada kesurupan, na’udzubillahi
min dzalik.
Ini
sesuai dengan firman Allah :
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَاناً فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ حَتَّى إِذَا جَآءَنَا قَالَ يالَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ وَلَن يَنفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذ ظَّلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِى الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ
“
Barang siapa yang berpaling
dari Mengingat Allah ( Petunjuk Allah ) Yang
Maha Pemurah (yaitu Al Qur'an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan),
maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” ( Qs. Az
Zukhruf : 36)
Kelima
:
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ
“
Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia. “
Bisikan
syetan pada hati manusia sangat banyak dan beragam, semuanya mengarahkan kepada
kemaksiatan dan kejahatan.
Bisikan
ini ditujukan kepada shodrun ( dada ) manusia. Kenapa shodrun ( dada ), tidak qalbun ( hati ), dan tidak pula fuad (
hati ) ? Jawabannya bahwa sebenarnya tiga kata itu maknanya sama,
hanya berbeda dalam penggunaannya saja. Shodrun ( Dada ) adalah tempat dimana adafuad dan qalbun ( hati ).
Qalbun berarti
sesuatu yang sering berbolik-balik. bisa membalikkan qalbun hanyalah
Allah swt. Di dalam doa’ disebutkan :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ.
“
Ya Allah, Yang Membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku ini agar selalu berada
di dalam agama-Mu “ ( HR Tirmidzi )
Hadist
lengkapnya adalah sebagai berikut :
عَن شَهْرُ بْنُ حَوْشَبٍ قَالَ قُلْتُ لِأُمِّ سَلَمَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ مَا كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ عِنْدَكِ قَالَتْ كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكْثَرَ دُعَاءَكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ قَالَ يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ فَتَلَا مُعَاذٌ
{ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا }
Dari
Syahr bin Hausyab ia berkata; aku katakan kepada Ummu Salamah; Wahai Ummul
mukminin, apakah doa Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam yang paling
sering, apabila ada padamu? Iaberkata; doa beliau yang paling sering adalah: "Yaa
Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinika" (Wahai
Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu).
Ummu
Salamah berkata; wahai Rasulullah, betapa sering anda berdoa: "Yaa
Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinika"
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu).
Beliau
berkata: "Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorang manusia pun
melainkan hatinya berada diantara dua jari diantara jari-jari Allah, barang
siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan meluruskannya dan barang siapa yang
Allah kehendaki maka Dia akan membelokkannya."
Kemudian
Mu'adz membaca ayat: "Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami."
( HR Tirmidzi, beliau berkata; hadits ini adalah hadits hasan)
Bisikan
syetan kepada manusia meliputi bisikan dalam masalah aqidah dan ibadah.
Dalam
masalah aqidah,
syetan membisikan manusia agar ragu-ragu dengan Allah, sampai-sampai dia
menanyakan : “ Siapa yang menciptakan Allah ? Ini sebagaimana yang terdapat
dalam hadist Abu Hurairah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزَالُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ هَذَا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ
عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ فَيَقُولُ اللَّهُ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِهِ وَزَادَ وَرُسُلِهِ
Dari
Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Manusia senantiasa bertanya-tanya hingga ditanyakan, 'Ini,
Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah', maka
barangsiapa mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka hendaklah dia berkata,
'Aku beriman kepada Allah'."
Dari
Hisyam bin Urwah dengan sanad ini, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Setan datang
kepada salah seorang dari kalian lalu berkata, 'Siapakah yang menciptakan
langit, siapakah yang menciptakan bumi? ' lalu dia menjawab, 'Allah', kemudian
menyebutkan dengan semisalnya, dan dia menambahkan kalimat, 'Dan Rasul-Nya'.(
HR Muslim )
Adapun
bisikan syaitan dalam ibadah adalah : merasa keluar angin dalam
sholat, padahal itu hanya bisikan syaitan saja. Dalam hal ini Rasulullah
shallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ أَخَرَجَ مِنْهُ شَيْءٌ أَمْ لَا فَلَا يَخْرُجَنَّ مِنْ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
Dari
Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Apabila salah seorang dari kalian mendapatkan sesuatu yang kurang beres
dalam perutnya, lalu rancu baginya perkara tersebut, apakah keluar atau tidak,
maka janganlah dia keluar dari masjid hingga dia mendengar suara (kentut) atau
mendapatkan baunya." (
HR Bukhari dan Muslim )
Termasuk
bisikan syetan dalam ibadah adalah seseorang melamun dalam sholat dan mengingat
sesuatu, sehingga dia lupa berapa rekaat dia sudah sholat. Ini sesuai dengan
hadits Abu Hurairah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan lari sambil
mengeluarkan kentut hingga ia tidak mendengar suara adzan. Apabila panggilan
adzan telah selesai maka setan akan kembali. Dan bila iqamat dikumandangkan
setan kembali berlari dan jika iqamat telah selesai dikumandangkan dia kembali
lagi, lalu menyelinap masuk kepada hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini
dan itu'. Dan terus saja dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak
menyadari berapa rakaat yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya."(
HR Bukhari dan Muslim )
Termasuk
bisikan syaitan dalam ibadah, adalah berlama-lama di kamar mandi, atau merasa
bahwa air kencingnya belum bersih, atau belum keluar semua. Ada juga sebagian
orang yang sudah keluar kamar mandi, masuk lagi dan terus begitu berkali-kali.
Maka untuk menghilangkan bisikan syetan seperti itu, para ulama menganjurkan
untuk membasahi celana kita dengan air, sehingga ketika merasa ada sesuatu yang
keluar dari anggota tubuhnya, dan didapatkan celananya basah, akan terbetik
bahwa basah tersebut penyebabnya adalah air bersih yang dipercikkan. Dengan
demikian hilanglah bisikan syetan tersebut.
Bisikan
syetan juga mempunyai dua bentuk :
Bentuk
Pertama: Fitnah Syubhat, yaitu bisikan syetan ke dalam hati
manusia agar salah di dalam memahami ajaran agama Islam ini. Fitnahi ini
terjadi akibat kebodohan. Fitnah Subhat inilah yang menimpa kaum Nashrani, maka
mereka menjadi orang-orang yang sesat ( Dhallun).
Fitnah ini kemudian merembet kepada orang-orang Islam, sehingga merasuki
sebagian orang-orang sufi, aliran-aliran sesat dan ahli bid’ah dan
sejenisnya.
Bentuk
Kedua : Fitnah Syahwat, yaitu bisikan syetan ke
dalam hati manusia agar bermaksiat kepada Allah dan agar mengikuti hawa
nafsunya. Seseorang yang terkena fitnah syahwat ini, akan lebih mementingkan
kesenangan dunia dibandingkan kehidupan akherat. Fitnah Syahwat inilah yang
menimpa orang-orang Yahudi, sehingga mereka dimurkai Allah ( Maghdhubi ‘Alaihim), karena mereka mempunyai
ilmu, tetapi tidak mengamalkan ilmu tersebut. Kemudian fitnah ini merembet
kepada kaum muslimin dan menimpa sebagian orang-orang yang berilmu tetapi tidak
mau mengamalkan ilmunya, bahkan cenderung untuk bermaksiat dan lebih mementingkan
kehidupan dunia daripada akherat.
Keenam
:
مِنَ الجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“
Dari golongan jin dan manusia.”
Allah
menerangkan pada ayat keenam ini bahwa yang membisikan ke dalam dada manusia
itu adalah syetan dari golongan jin dan dari golongan manusia. Ini sesuai
dengan firman Allah :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيِّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ الإِنْسِ وَالجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ القَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu.” (QS. Al-An’am: 112)
Adapun
Iblis berasal dari golongan Jin, sebagaimana dalam firman Allah :
إِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
“
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia
adalah dari golongan jin, maka
ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang
yang dzalim.” ( Qs al-Kahfi : 50 )
Dari
dua ayat di atas bisa disimpulkan bahwa iblis dan syaitan adalah dua istilah
yang mempunyai titik berbeda dan kesamaan. Perbedaannya adalah syetan terdiri
dari dua golongan ; golongan manusia dan jin, sedangkan iblis dari golongan jin
saja. Sedangkan titik kesamaannya adalah bahwa kedua-duanya berasal dari
golongan jin. Jadi, syaitan lebih umum dari iblis.
Perbandingan
Antara Surat An Naas Dan Surat Al Falaq
Di
sana ada beberapa perbedaan antara Surat An Naas dan Surat al Falaq,
diantaranya adalah bahwa dalam surat al-Falaq kita diperintahkan meminta
perlindungan dengan menggunakan nama Allah “ ar-Rabb “ saja, dari empat
hal : kejahatan makhluq, kejahatan malam, kejahatan tukang sihir, dan kejahatan
orang yang hasad. Sedangkan dalam surat An Naas kita diperintahkan untuk
meminta perlindungan dengan menggunakan tiga nama Allah, yaitu, Rabb, Malik dan
Ilah, dari satu kejahatan saja, yaitu kejahatan syetan yang mempunyai dua sifat
: bersembunyi, dan membisikan pada dada manusia.
Perbedaan
di atas menunjukkan bahwa kejahatan syetan yang selalu bersembunyi dan
membisikan kepada dada manusia jauh lebih berbahaya dari pada kejahatan empat
hal yang disebutkan dalam surat al- Falaq, karena bahaya bisikan syetan akan
menimpa hati dan keyakinan, sedangkan bahaya empat hal di atas hanya menimpa
fisik dan badan manusia. Wallahu A’lam .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar